Sadar atau tidak, setiap orang mempunyai gembala dalam hidupnya.
"Gembala" dalam arti sesuatu yang menggerakkan, memotivasi,
mengarahkan, dan memengaruhi pola pikir, prioritas, perilaku, dan
keputusan-keputusan dalam hidup seseorang. Gembala itu bisa berwujud
uang, jabatan, popularitas, tokoh yang dikagumi, bisa juga akar pahit
atau pengalaman traumatis di masa lalu.
Sesungguhnya, hal-hal tersebut bukanlah gembala yang baik. Sebaliknya
malah akan menjerumuskan dan mencelakakan; baik diri sendiri maupun
orang lain. Tidak sedikit tragedi di dunia ini yang dipicu dan dipacu
orang-orang yang hidupnya dikendalikan oleh uang atau jabatan,
misalnya.
Gembala yang baik adalah Tuhan sendiri. Ini yang dialami dan dihayati
oleh Daud. Daud sungguh-sungguh merasakan Tuhan membimbing, menuntun,
dan memeliharanya. Ia memang tidak selalu bergelimang kesuksesan. Ia
pun kerap hidup dalam kesulitan; pernah dibenci setengah mati dan
dikejar-kejar oleh Saul (1Samuel 19), pernah dikudeta oleh Absalom,
anaknya, dan terlunta melarikan diri (2Samuel 15). Namun, Daud
merasakan betapa Tuhan tidak pernah jauh darinya. Pun dalam saat-saat
tergelap hidupnya, saat-saat kritis. Tuhan mencukupkan segala
kebutuhannya. Tuhan membimbingnya ke jalan yang benar. Tuhan
menyegarkan jiwanya. Ia sungguh merasakan jejak-jejak kasih dan
pemeliharaan Tuhan dalam setiap jengkal hidupnya.
Bagaimana dengan kita? Pertanyaan penting yang perlu kita renungkan
adalah; apakah Tuhan sudah menjadi gembala dalam hidup kita, sebagai
prioritas dan dasar dari segala tindakan kita? --MZ
2 komentar:
I Like this article...
Hopefully to another too.
GBU
Mantap kali blog ini Lae, keep up the good works for Him!
Salam,
Philips Marbun
Jakarta
Posting Komentar